Materi Sosiologi


MATERI PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI SEMESTER 1


BAB I

 

Stratifikasi Sosial 

 

Pengertian Stratifikasi Sosial

adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
 
Kriteria Stratifikasi Sosial
1. Kekayaan
a. Orang kaya
b. Orang miskin


Contoh stratifikasi sosial berdasarkan besarnya penghasilan dari pekerjaan : (UN 2008)
a. Pengusaha besar
b. Pengusaha menengah
c. Pengusaha kecil


2. Kekuasaan
a. Presiden
b. Gubernur dst s.d. Rakyat


3. Ilmu Pengetahuan
a. Pendidikan Tinggi
b. Pendidikan Menengah
c. Pendidikan Dasar


4. Kehormatan
a. Orang yang banyak jasanya
b. Orang biasa



Proses terbentuknya stratifikasi sosial :
1. Terjadi dengan sendirinya. Contoh : stratifikasi sosial atas dasar kekayaan.
2. Sengaja dibentuk. Contoh : struktur organisasi kelas.


Sifat Stratifikasi Sosial
1. Tertutup : tidak bisa pindah lapisan. Contoh : sistem kasta.
2. Terbuka : bisa pindah lapisan. Contoh : stratifikasi sosial atas dasar kekayaan.


Kasta di India :
1. Brahmana.
2. Ksatria
3. Waysa
4. Sudra


Gelar kasta di Bali :
1. Brahmana : Ida Bagus/Ida Ayu.
2. Ksatria : Dewa, Cokorda, Anak Agung, Ngakan.
3. Waysa : Gusti, I Gusti.
4. Sudra : I Made, I Wayan, I Nyoman, Pande, Pasek.


Sifat kasta :
1. Status diperoleh dengan kelahiran.
2. Perkawinan endogami.
3. Keanggotaan kasta berlangsung seumur hidup.


Unsur pembentuk stratifikasi sosial : status dan peran. 
  
Macam-macam status :
1. Ascribed status : status yang diperoleh tanpa usaha atau karena keturunan.


Contoh : anak dari kasta Brahmana masuk ke dalam kasta Brahmana.


2. Achieved status : status yang diperoleh dengan usaha. 
Contoh : status mahasiswa diperoleholeh siswa SMA yang telah lulus dalam mengikuti tes perguruan tinggi.



3. Assigned status : status yang diberikan karena seseorang telah berjasa.


Contoh : gelar Bapak Koperasi kepada Mohammad Hatta karena beliau telah berjasa mengembangkan koperasi di Indonesia.




 Macam-macam peran :
1. Ascribed roles : tanpa usaha.
2. Achieved roles : dengan usaha.
3. Actual roles : sesuai keadaan.
4. Expected roles : sesuai peraturan atau ketentuan.



Konsekuensi adanya pelapisan sosial:
kalangan atas mendapatkan berbagai keistimewaan dalam menikmati fasilitas hidup, sebaliknya dengan kalangan bawah.



Dampak positif stratifikasi sosial:

adanya strata kekuasaan, misalnya, bisa mempermudah kinerja pembangunan

BAB II

KONFLIK SOSIAL
KONFLIK
PENGERTIAN
a. Berstein (1965)
Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
b. Robert M.Z. Lawang

Menurut Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, di mana tujuan mereka yang.


c. Ariyono Suyono
Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
d. James W. Vander Zanden
Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.
e. Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan.
BENTUK-BENTUK KONFLIK
a. Konflik Pribadi
Konflik pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang per orang. Masalah yang menjadi dasar perlawanan atau konflik pribadi biasanya juga masalah pribadi. Konflik pribadi tidak jarang terjadi antara dua orang sejak mulai berkenalan. Biasanya hal itu terjadi jika sejak awal di antara mereka sudah tidak ada rasa simpati dan tidak saling menyukai. Akan tetapi, tidak jarang pula terjadi konflik di antara dua orang yang sudah lama saling kenal dan menjalin hubungan baik.
b. Konflik Rasial
Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial sudah berlangsung lama dalam sejarah kehidupan manusia. Konflik rasial umumnya terjadi karena salah satu ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna di antara ras lainnya. Konflik rasial misalnya, terjadi di Afrika Selatan yang terkenal dengan politik apartheid. Konflik ini terjadi antara golongan kulit putih yang merupakan kelompok penguasa dan golongan kulit hitam yang merupakan golongan mayoritas yang dikuasai.
c. Konflik Politik
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut ketidaknyamanan atau ketidaktenangan dalam masyarakat. Masalah politik sering mengakibatkan konflik antarmasyarakat. Konflik politik merupakan konflik yang menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun di antara negara-negara yang berdaulat.
d. Konflik Antarkelas Sosial
Konflik antarkelas sosial merupakan pertentangan antara dua kelas sosial. Konflik itu terjadi umumnya dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan tersebut. Misalnya, antara karyawan pabrik dengan pemiliknya karena tuntutan kenaikan gaji dari karyawan akibat minimnya tingkat kesejahteraan.
e. Konflik Internasional
Konflik internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan. Banyak kasus terjadinya konflik internasional sebenarnya bermula dari konflik antara dua negara karena masalah politik atau ekonomi. Konflik berkembang menjadi konflik internasional karena masing-masing pihak mencari kawan atau sekutu yang memiliki kesamaan visi atau tujuan terhadap masalah yang dipertentangkan. Dengan demikian, terjadilah konflik internasional.
f. Konflik Antarkelompok
Konflik antarkelompok terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau karena pemaksaan unsur-unsur budaya asing. Selain itu, karena ada pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik tradisional yang terpendam. Misalnya, hubungan antara golongan mayoritas dan minoritas. Koalisi golongan minoritas mungkin dalam bentuk sikap menerima, agresif, dan menghindari atau asimilasi.
PENYEBAB KONFLIK                                        
a. perbedaan individu
b. perbedaan latarbelakang kebudayaan
c. perbedaan kepentingan
d. perubahan sosial
e. proses sosial (persaingan dan kontravensi)
PROSES SOSIAL
Persaingan
Persaingan pribadi merupakan persaingan yang dilakukan orang per orang atau individu untuk memperoleh kedudukan dalam organisasi. Persaingan kelompok, misalnya terjadi antara dua macam perusahaan dengan produk yang sama untuk memperebutkan pasar di suatu wilayah.
Kontravensi
Kontravensi berasal dari bahasa Latin, contra dan venire yang berarti menghalangi atau menantang. Kontravensi merupakan usaha untuk menghalang-halangi pihak lain dalam mencapai tujuan. Tujuan utama tindakan dalam kontravensi adalah menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain
Jenis kontravensi
-          Umum: penolakan, keengganan, menghalangi, protes
-          Sederhana: menyangkal, memaki-maki
-          Intensif: menghasut, menyebarkan desas-desus
-          Rahasia: pengkhianatan
-          Taktis: mengejutkan lawan dan mengganggu pihak lain
DAMPAKNYA DALAM MASYARAKAT
Segi positif:
Memperjelas aspek kehidupan
Penyesuaian kembali
Meningkatkan solidaritas
Mengurangi ketergantungan
Menciptakan norma baru
Sarana mencapai keseimbangan
Melahirkan akomodasi
Segi Negatif
Keretakan hubungan      
Kerusakan harta benda dan nyawa
Berubahnya kepribadian
Munculnya dominasi kelompok pemenang
TEKNIK PENGENDALIAN KONFLIK
Akomodasi
Merupakan proses social dimana dua atau lebih individu atau kelompok berusaha untuk menyesuaiakan diri dengan beberapa cara untuk menghentikan ketegangan. terdapat beberapa bentuk akomodasi, yaitu sebagai berikut:
1.      coercion: akomodasi secara paksa
2.      kompromi: saling mengurangi tuntutan
3.      arbitrasi: menghadirkan pihak ketiga sebagai penentu keputusan
4.      mediasi: menghadirkan pihak ketiga sebagai penasehat
5.      konsiliasi: mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang berkonflik demi tercapainya persetujuan bersama
6.      toleransi: akomodasi tanpa persetujuan formal, dan saling menghargai
7.      stalemate: pihak yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang
8.      ajudikasi: jalur hukum
9.      segregasi: saling memisahkan diri untuk mengurangi ketegangan
10.  gencatan senjata: menangguhkan permusuhan
11.  dispasemen: mengalihkan objek
INTEGRASI SOSIAL
PENGERTIAN
proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etinik, agama, bahasa, nilai dan norma.
FAKTOR PENDORONG INTEGRASI SOSIAL
ž  adanya rasa toleransi, saling menghormati, dan tenggang rasa;
ž  terjadinya perkawinan campuran antarsukubangsa;
ž  makin pesatnya komunikasi dan transportasi antardaerah;
ž  meningkatnya solidaritas sosial;
ž  fungsi pemerintahan yang makin berjalan baik.
PROSES INTEGRASI SOSIAL
a. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh pihak yang terlibat konflik. Akomodasi terjadi pada orang-orang atau kelompok yang mau tidak mau harus bekerja sama walaupun dalam kenyataannya mereka berbeda paham. Tanpa akomodasi dan kesediaan akomodasi, pihak yang terlibat konflik tidak akan mungkin bekerja sama untuk selamalamanya. Jadi, dengan adanya akomodasi integrasi dapat
terwujud.
b. Kerja sama
Kerja sama merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman. Kerja sama dapat dijumpai dalam masyarakat manapun, baik pada kelompok kecil maupun besar.
c. Koordinasi
Koordinasi adalah kerja sama yang dilakukan oleh pihakpihak yang terlibat konflik, yaitu pihak yang menang terhadap pihak yang kalah. Misalnya, saat pemilihan ketua partai politik. Dalam pemilihan tersebut ada dua orang calon ketua. Setelah dilakukan pemungutan suara diperoleh satu calon ketua. Pemenang mengajak pihak yang kalah untuk bekerja sama demi keutuhan dan integrasi partai yang bersangkutan.
d. Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai oleh adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang per orang atau kelompok. Proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama dengan tujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan. 
BAB III 

MOBILITAS SOSIAL 

A. Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah suatu gerak yang menghasilkan perpindahan tempat kedudukan dan status seseorang dari tempat/ strata satu ke tempat/strata yang lain. Dengan demikian mobilitas sosial adalah perubahan status sosial seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Mobilitas sosial juga diistilahkan dengan proses perpindahan sosial atau gerak sosial.
Dalam kehidupan masyarakat yang makin kompleks, mobilitas adalah sesuatu yang bisa dianggap wajar. Manusia adalah makhluk yang dinamis dalam rangka menyesuaikan dengan perubahan atau perkembangan yang terjadi di sekitar lingkungannya. Perpindahan sosial yang makin sering terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan atas :
1. Mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah suatu bentuk perubahan kedudukan seseorang/ kelompok dari lapisan atau strata sosial satu ke strata sosial yang lain.
2. Mobilitas geografis
Mobilitas geografis dapat diartikan sebagai perpindahan orang/ individu atau kelompok dari daerah satu ke daerah yang lain (migrasi).
B. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
1. Status sosial
Status seseorang tidak dapat dilepaskan dari bawaan yang dimiliki orang tuanya. Dalam arti seseorang tidak dapat menolak status yang disandang orang tua. Jika anak berusaha untuk meraih kedudukan yang lebih tinggi dibanding orang tua, maka ia harus menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Misal gelar sarjana ekonomi diperoleh karena kemampuan menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
2. Keadaan ekonomi
Kondisi ekonomi dapat berupa sumber daya alam yang sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan manusia. Hal ini mendorong seseorang untuk pindah ke daerah lain yang lebih subur, misal migrasi penduduk ke Sumatra, Batam, dans ebagainya.
3. Situasi politik
Kondisi keamanan di suatu daerah yang tidak menjamin kenyamanan hidup penduduk, maka akan mendorong mobilitas sosial ke daerah lain yang lebih aman. Misal penduduk Gaza mengungsi karena serangan Israel pada pergantian tahun 2008.
Sosiologi XI IPS smt 1
2011 / 2012
4. Motif-motif keagamaan
Kehidupan keagamaan yang merasa tertekan oleh umat agama yang lain, berakibat salah
satu kelompok umat merasa tidak dapat melaksanakan ibadah dengan nyaman. Akibatnya, kelompok
yang merasa tertekan tersebut melakukan mobilitas sosial.
5. Masalah kependudukan (demografi)
Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, memunculkan kota besar dengan
penduduk yang padat. Hal ini melahirkan masalah kependudukan yang makin kompleks. Orang
berusaha mendapatkan pemukiman yang mendorong upaya mencari tempat atau wilayah yang
masih memungkinkan untuk bertempat tinggal.
6. Keinginan melihat daerah lain
Latar belakang gagasan untuk melihat daerah lain mendorong upaya mobilitas sosial secara
geografis. Gagasan tersebut dapat berupa penelitian, kunjungan kerja, studi tour, studi banding, dan
sebagainya. Penekanan hal ini pada mobilitas sosial yaitu gerak sosial warga masyarakat dengan
tujuan alih profesi/ pekerjaan yang membandingkan besarnya pendapatan atau gaji yang lebih besar.
Di samping faktor tersebut di atas, mobilitas sosial juga dipengaruhi oleh faktor pendorong
dan penghambat dalam masyarakat.
1. Faktor pendorong mobilitas sosial
a. Perubahan kondisi sosial.
b. Ekspansi teritorial dan gerak populasi.
c. Komunikasi yang bebas.
d. Pembatasan kerja yang menuntut ketrampilan khusus.
e. Tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda.
2. Faktor penghambat mobilitas sosial
a. Perbedaan ras dan agama.
b. Adanya diskriminasi kelas.
c. Kelas-kelas sosial menjadi sub kultur tempat individu berkembang sejak kecil dan mengalami
sosialisasi.
d. Kemiskinan membatasi seseorang untuk dapat berkembang.
e. Adanya perbedaan jenis kelamin/ gender
C. Bentuk Mobilitas Sosial
1. Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan kedudukan sosial individu/ kelompok dari
kedudukan sosial yang berbeda status sosialnya.
a. Mobilitas sosial vertikal naik
Mobilitas sosial vertikal naik atau social climbing merupakan perpindahan kedudukan sosial
seseorang/ kelompok sosial dari lapisan sosial rendah ke lapisan sosial yang lebih tinggi dalam
masyarakat. Misal Putri seorang karyawati biasa suatu perusahaan, karena memiliki prestasi dan
dedikasi yang tinggi, maka 3 tahun berikutnya ia naik menjadi kepala bagian personalia.
b. Mobilitas sosial vertikal turun
Mobilitas sosial vertikal turun atau social sinking adalah perpindahan kedudukan sosial
seseorang/ kelompok sosial dari lapisan sosial yang tinggi ke lapisan sosial yang lebih rendah. Misal
Arman yang bekerja sebagai kepala perwakilan perusahaan swasta di kota X, karena diketahui
melakukan kesalahan mendasar dalam penjualan produk perusahaan, maka statusnya diturunkan
menjadi karyawan biasa.
Mobilitas sosial vertikal pada saat ini makin sering terjadi dalam masyarakat dunia,
khususnya Indonesia. Mobilitas sosial vertikal dapat berlangsung melalui beberapa saluran. Pitirim A.
Sorokin menyebut saluran mobilitas sosial dengan social sirculation. 
Beberapa saluran yang penting dalam masyarakat adalah :

1) Angkatan Bersenjata
Angkatan Bersenjata (TNI) sesuai dengan peran strategisnya merupakan benteng kekuatan negara terhadap segala bentuk tantangan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Setiap warganegara Indonesia dapat diterima dalam jajaran TNI asal memenuhi persyaratan. Dalam kondisi perang, militer dapat memegang peran dengan sistem militerisme. Seorang prajurit jika berjasa kepada bangsa dan negara akan mendapat bintang jasa dan kenaikan pangkat serta kedudukan yang lebih tinggi.
2) Organisasi Pemerintahan
Saluran menjadi sarana bagi kalangan birokrat. Dalam ketentuan kepegawaian, diatur tentang sistem jenjang kepangkatan bagi pegawai secara urut kepangkatan (DUK). Seseorang dapat naik pangkat apabila memenuhi persyaratan.
3) Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaan merupakan saluran yang penting dalam gerak sosial vertikal. Setiap agama mengajarkan bahwa manusia mempunyai kedudukan yang sederajat. Para tokoh agama berusaha untuk menaikkan kedudukan orang dari lapisan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi dalam masyarakat.
4) Lembaga Pendidikan/ Sekolah
lembaga pendidikan juga merupakan saluran nyata dalam gerak sosial vertikal. Lembaga pendidikan dianggap masyarakat sebagai social elevator (jembatan sosial) yang bergerak dari kedudukan paling rendah ke kedudukan paling tinggi dalam masyarakat.
5) Organisasi Ekonomi
Dalam era globalisasi, perkembangan ekonomi meningkat pesat. Jika seseorang sukses dalam bisnisnya, maka secara materi menjadi kaya dan menempati kedudukan sosial atas. Sedangkan apabila bisnis usahanya merugi, ia akan kembali ke lapisan yang lebih rendah.
6) Organisasi Politik
Kehidupan demokrasi yang makin berkembang ditandai dengan meningkatnya peran warga negara dalam urusan kenegaraan. Dalam hal ini partai politik memegang peran strategis. Partai politik bermunculan hingga mencapai jumlah di luar perkiraan sebelumnya. Fenomena ini akan timbul menjelang pesta pemilu. Partai politik akan memberi peluang bagi anggotanya untuk naik dalam kedudukan sosialnya. Jika seorang anggota partai pandai dalam diplomasi, kapabel, berkompeten, dapat mencapai kedudukan terpandang. Ia dapat menjadi caleg dari partainya dalam pemilu legislatif, dan dapat terpilih jika mendapat suara terbanyak.
7) Perkawinan
Perkawinan merupakan saluran bagi mobilitas sosial vertikal seseorang. Jika seseorang menikah dengan seseorang dari keluarga yang kedudukan sosialnya lebih tinggi, maka status sosialnya dalam masyarakat juga naik. Begitu pula sebaliknya.
Di samping itu juga ada beberapa cara yang digunakan untuk mobilitas sosial vertikal, yaitu :
1) Perubahan standar hidup.
2) Perubahan tempat tinggal.
3) Perubahan tingkah laku.
4) Perubahan nama.
5) Perkawinan.
6) Bergabung dengan asosiasi tertentu.
2. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal adalah proses perpindahan kedudukan sosial seseorang/ kelompok dalam lapisan sosial yang sama atau sederajat. Hal ini dapat terjadi jika seseorang pindah kewarganegaraan, transmigrasi, urbanisasi, atau beralih pekerjaan yang sederajat. Contoh Febriana setelah lulus SMA di daerah A, pindah ke kota C untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi terkenal di kota tersebut.

3. Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas sosial antargenerasi dapat didefinisikan sebagai perpindahan kedudukan sosial seseorang/ anggota masyarakat yang terjadi antar dua generasi atau lebih. Misal generasi tua (ayah ibu) dengan generasi anak. Mobilitas sosial antargenerasi dapat dibedakan atas :
a. Mobilitas sosial intergenerasi
Mobilitas sosial intergenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial seseorang atau kelompok masyarakat yang terjadi di antara beberapa generasi dalam satu garis keturunan. Misal generasi kakek, generasi ayah ibu dan generasi anak. Bentuk ini dapat dibedakan lagi menjadi :
1) mobilitas sosial intergenerasi naik
kakek/petani nenek
ayah/ sopir ibu/pedagang sayur
anak/ menteri
2) mobilitas sosial intergenerasi turun
kakek/bupati nenek
ayah/ PNS ibu/PNS
anak/ pedagang keliling
b. Mobilitas sosial intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial seseorang/ anggota masyarakat yang terjadi dalam satu generasi yang sama. Misal mobilitas sosial yang terjadi pada generasi anak.
ayah/ pedagang ibu
anak/ pedagang anak/ dokter anak/arsitek
D. Konskuensi Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial dalam masyarakat dewasa ini makin lama makin meningkat. Dinamika yang berlangsung menggambarkan terjadinya perubahan posisi atau kedudukan sosial dalam kelompok. Pola perubahan sosial tersebut akan membawa dampak atau konskuensi bagi masyarakat.
1. Konflik antar kelas sosial
Adanya sebagian individu mengalami proses naik turun dalam status dan kedudukan sosialnya, akan diikuti dengan terbentukya kelas sosial yang baru. Masuknya individu atau kelompok sosial yang baru dalam kelas sosial akan menimbulkan potensi konflik. Misal pengangkatan pimpinan yang baru, untuk sementara waktu akan sulit diterima oleh staf pimpinan yang lama. Sebaliknya jika seorang pimpinan diturunkan jabatannya menjadi staf biasa, dia akan sulit menerima kenyataan tersebut.
2. Konflik antar kelompok sosial
Mobilitas atau gerak sosial tidak hanya meliputi kelas sosial, namun juga berlangsung pada kelompok sosial dalam masyarakat. Hal ini dapat dijumpai pada persaingan antar kelompok sosial (dalam hal ini partai) untu merebut kekuasaan. Sebagai ilustrasi, dalam rangka memenangkan pemilihan legislatif atau pilpres, suatu partai tidak segan-segan menekan, menyingkirkan dan menghalangi partai politik yang lain. Konskuensinya akan timbul konflik terbuka antar pendukung partai.
3. Konflik antar generasi
Mobilitas antar generasi dapat dilihat dari pergeseran hubungan antar generasi. Hal ini dapat menimbulkan konflik antar generasi. Misal konflik generasi tua dengan generasi muda mengenai pola hidup dan budaya. Generasi muda menghendaki perubahan pola hidup dan budaya, sedangkan generasi tua menganggap perubahan tatanan yang sudah ada tidak dapat dibenarkan.
4. Penyesuaian
Konflik yang timbul dalam masyarakat akibat mobilitas sosial perlu disikapi dengan mengadakan penyesuaian terhadap keadaan atau perubahan yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial tersebut. Jika hal ini dilakukan, maka akan terhindar dari konflik yang berkepanjangan, stabilitas sosial terjaga dan masyarakat akan mendapatkan manfaat yang besar.

Categories:

Leave a Reply

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner